Beranda | Artikel
Anjuran Untuk Selalu Bertawakal kepada Allah
Senin, 4 Maret 2019

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam

Anjuran Untuk Selalu Bertawakal kepada Allah merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. dalam pembahasan Kitab Raudhatul Uqala wa Nuzhatul Fudhala (tamannya orang-orang yang berakal dan tamasyanya orang-orang yang mempunyai keutamaan) karya Abu Hatim Muhammad ibnu Hibban al-Busty Rahimahullah. Kajian ini disampaikan pada 16 Jumadal Awwal 1440 H / 23 Januari 2019 M.

Download mp3 kajian sebelumnya: Larangan Mengharapkan Bantuan dan Pemberian Manusia

Kajian Tentang Anjuran Untuk Selalu Bertawakal kepada Allah

Tawakal adalah modal yang sangat kita butuhkan dalam menghadapi kehidupan dunia ini. Sebab tanpa tawakal, seseorang akan mudah putus asa. Tanpa tawakal, seseorang akan jatuh kepada kesyirikan. Tapi dengan tawakal, seorang hamba akan kuat didalam menghadapi berbagai macam problematika hidup, dalam mencari rezeki, didalam bermuamalah dengan manusia, dalam menghadapi berbagai macam ujian dan cobaan, bahkan didalam ibadah. Kita sangat butuh kepada tawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ibnu Hibban membawakan sebuah hadits:

قدر الله المقادير قبل ان يخلق السموات والآرض بخمسمائة سنة

“Allah mentakdirkan segala macam takdir sebelum menciptakan langit dan bumi 500 tahun.”

Demikian lafadz Ibnu Hibban dalam kitab ini. Akan tetapi lafadz “500 tahun” ini adalah lafadz yang salah. Karena riwayat yang benar disebutkan yaitu 50.000 tahun. Ini sebagaimana dikeluarkan Imam Ahmad, bahkan Ibnu Hibban juga meriwayatkan di dalam shahihnya dengan lafadzخَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ  50.000 tahun. Bahkan juga diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam shahihnya dengan lafadz  بِخَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ , yaitu 50.000 tahun.

Kewajiban orang yang berakal, yaitu senantiasa tawakal kepada yang telah menjamin rezeki. Siapa yang menjamin rezeki? Yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala. Semua makhluk sudah dijamin oleh Allah rezekinya. Manusia, hewan, tumbuhan, sampai hewan yang paling kecil pun juga sudah Allah tentukan rezeki mereka masing-masing.

Maka tidak akan mungkin makhluk itu akan meninggal sampai selesai rezekinya. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

إِنَّ أَحَدَكُمْ لَنْ يَمُوتَ حَتَّى يَسْتَكْمِلَ رِزْقَهُ

“sesungguhnya kalian tidak akan mati sampai sempurna jatah rezekinya” (HR. Baihaqi)

Artinya selama kita masih hidup, rejeki akan terus mengalir. Karena Allah yang memberikan rejeki dan Allah pemilik rejeki, kewajiban kita adalah kita gantungkan hati kita, kita sandarkan hati kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sambil kita terus berusaha.

Oleh karena itulah para ulama mengatakan bahwa tawakal itu ada dua rukun. Rukun yang pertama, hati kita betul-betul bersandar kepada Allah. Kita serahkan semuanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Yang kedua yaitu kita usaha untuk meraih apa yang kita inginkan.

Kalau kita ingin mendapatkan rejeki, usaha sambil hati kita kita serahkan semuanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sambil kita berdo’a meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan orang yang bertawakal itu tidak mungkin Allah sia-siakan. Allah berfirman:

وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّـهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkannya. ” (QS. Ath-Thalaq[65]: 3)

Allah tidak menyebutkan dalam ayat tersebut mencukupi apa. Karena mencakup seluruh kecukupan. Allah akan cukupi kebutuhannya, Allah akan cukupi keinginannya, Allah cukupi ia juga segala macam perkara yang ia betul-betul butuhkan dalam hidup di dunia demikian pula akhiratnya. Namun Allah mengatatakan setelah itu:

إِنَّ اللَّـهَ بَالِغُ أَمْرِهِ ۚ قَدْ جَعَلَ اللَّـهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا

Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. Ath-Thalaq[65]: 3)

Artinya semua sudah Allah jamin bagi mereka yang tawakal kepadaNya. Namun semua sudah Allah tentukan waktunya kapan, hanya Allah yang Maha Tahu.

Ketahuilah saudaraku sekalian, tawakal membuka pintu-pintu rezeki. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam hadits riwayat Tirmidzi bersabda:

لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَوَ كَّلُوْنَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ، لَرُزِقْتُم كَمَا تُرْزَقُ الطَّيْرُ، تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوْحُ بِطَانًا

“Kalaulah kalian benar-benar bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal, maka Allah akan berikan kepada kalian rejeki seperti Allah memberikan rejeki kepada burung-burung. Burung diwaktu pagi meninggalkan sarangnya dalam keadaan tembolok, pulang diwaktu sore dalam keadaan temboloknya sudah penuh.” (HR. Tirmidzi)

Padahal burung tidak pernah punya ijazah untuk mencari kerja di perusahaan tertentu, burung juga tidak punya skill seperti halnya manusia, burung hanya diberi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sayap, paruh, cakar dan ia berusaha pergi terbang kesana kemari, dan hatinya benar-benar bertawakal kepada Allah. Itu hatinya burung. Burung tak pernah malas. Adakah Anda lihat burung yang malas-malasan? Burung itu selau semangat untuk mencari rezeki. Tak pernah burung mengenal putus asa. Subhanallah, disore hari ketika ia telah kembali ke sarangnya, keadaan temboloknya penuh.

Demikianlah, maka jadilah hati kita seperti hati burung. Sebagaimana disebutkan dalam hadits, bahwa Mukmin itu hatinya seperti hati burung yang selalu tawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang memiliki cita-cita yang tinggi dan kuat, yang memiliki semangat dalam hidupnya, yang tak mengenal kemalasan dalam hidupnya, dia selalu menggantungkan hidupnya kepada Allah, tak pernah ia menggantungkan hidupnya kepada manusia.

Tawakal ini memberikan kekuatan yang luar biasa dalam kehidupan seorang hamba. Karena ketika dia yakin bahwa Allah yang memberikan rejeki dan Allah Maha Kaya, dia tidak akan pernah takut. Dia akan berkata, “Buat apa saya takut miskin? Bukankah aku punya Rabb yang Maha Kaya? Buat apa saya harus khawatir kalau Dia mampu menciptakan langit dan bumi, Dia pasti akan sangat mampu memberikan rejeki kepada hamba-hambaNya.”

Maka tentu dengan tawakal itu seorang hamba didalam hidupnya akan betul-betul kuat dan kokoh, tak mudah ia putus asa dalam hidupnya.

Karena tawakal itu adalah peraturan iman dan itu adalah merupakan teman tauhid. Bahkan tidak mungkin tauhid seseorang akan sempurna tanpa tawakal ia kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Semakin seseorang kuat tawakalnya dan sempurna tawakalnya kepada Allah, semakin hatinya bersandar kepada Allah, menggantungkan hatinya kepada Allah, maka ia bisa masuk surga tanpa hisab dan adzab. Sebagaimana disebutkan dalam hadits bahwasannya nanti dihari kiamat diperlihatkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Ini adalah umatmu dan bersama mereka ada tujuh puluh ribu orang yang akan memasuki Surga tanpa dihisab dan disiksa.” Siapa mereka? Yaitu:

هُمْ الَّذِينَ لَا يَرْقُونَ وَلَا يَسْتَرْقُونَ وَلَا يَتَطَيَّرُونَ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

“Mereka adalah orang-orang yang tidak menggunakan ruqyah, tidak meminta supaya diruqyah, tidak meramalkan perkara-perkara buruk dan hanya kepada Allah mereka bertawakal.” (HR. Muslim)

Artinya, dia tidak menyandarkan hatinya kepada ruqyah tersebut. Sehingga ia bersaha untuk menyerahkan semuanya kepada Allah dan tawakal. Tetap ia berobat, tetap dia meruqyah dirinya sendiri, tapi hatinya betul-betul tawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dia juga tidak berobat dengan cara kay (besi yang dipanaskan), dia juga tidak menganggap sial. Tathayyur berarti seseorang yang tidak jadi pergi gara-gara melihat sesuatu yang dianggap bisa mendatangkan kesialan. Seperti halnya orang-orang Musyrikin yang apabila hendak pergi safar lalu dia akan mengusir burung terlebih dahulu kemudian dilihat kemana burung itu pergi. Kalau ternyata perginya ke kanan, kata mereka ini untung. Mereka pun pergi jadi pergi safar. Kalau ternyata burungnya ke kiri, mereka tidak jadi safar karena mereka menganggap itu adalah tanda kesialan. Didalam Islam, tathayyur adalah syirik. Karena meniadakan tawakal kepada Allah.

Terkadang ketika kita hendak pergi berangkat safar lalu kita menabrak kucing misalnya, kalau kita tidak jadi safar karena takut celaka, ini tathayyur. Itu menunjukkan kurangnya tawakal kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga penuh ketakutan hidupnya. Mau usaha takut bangkrut, mau melamar akhwat takut ditolak, akhirnya kekhawatiran, ketakutan, karena kurangnya tawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena dia telah kehilangan tawakal.

Maka ketika seseorang tawakal dengan benar-benar tawakal kepada Allah, sempurna tawakalnya, ia akan masuk surga tanpa hisab dan adzab.

Tawakal tidak mungkin bisa kita lakukan tanpa ada keyakinan. Karena munculnya tawakal yang kuat itu dari keyakinan kita yang kuat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ketika keyakinan kita sangat kuat kepada Allah, maka tawakal kita pun akan sangat kuat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.  Tapi ketika keyakinan kita lemah kepada Allah, tawakal pun juga lemah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dugaan-dugaan buruk sering kali muncul kepada Allah. Kenapa? Karena kurangnya keyakinan kita, lemahnya keyakinan kita. Seakan Allah tidak akan menolong hambaNya, seakan Allah akan membiarkan hamba-hambaNya yang bertawakal kepadaNya dan tidak menolongnya.

Tawakal adalah sebab untuk menghilangkan kefakiran dan adanya ketenangan batin. Orang yang tawakal kepada Allah, hatinya tenang, batinnya tenang, kuat dia. Karena dia sudah serahkan seluruh urusannya kepada Allah yang Maha Kuat, yang Maha Kuasa atas segala sesuatu karena dia yakin Rabbnya Maha Kuasa. Dia serahkan semuanya kepada Allah, “HambaMu lemah dan Engkau yang Maha Kuat. Kalau bukan karena Engkau yang memberikan kepadaku kekuatan, tidak mungkin aku bisa melakukan ini ya Allah. Maka beri aku kekuatan.”

Inilah saudaraku sekalian, makannya diantara do’a Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam:

يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ، وَأَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ وَلاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ

“Wahai Rabb Yang Maha Hidup, wahai Rabb Yang Berdiri Sendiri (tidak butuh segala sesuatu), dengan rahmat-Mu aku minta pertolongan, perbaikilah segala urusanku dan jangan diserahkan kepadaku sekali pun sekejap mata”

Sebab kalau Allah serahkan kepada diri kita dan Allah tidak bantu, Allah tidak tolong, siapa kita? Kita hamba yang lemah, kita tidak punya kemampuan apa-apa kalau AllAh tidak memberikan kepada kita kekuatan. Maka Rasulullah meminta kepada Allah agar jangan sampai urusan itu diserahkan semua kepada kita dan Allah tidak mau bantu. Akibat daripada kita tidak mau bertawakal kepada Allah, akibat daripada kita tidak mau menyerahkan, lebih merasa percaya diri dengan kemampuan diri.

Makanya orang yang mengatakan, “saya percaya dengan kemampuan saya sendiri.” Sebetulnya orang ini lupa diri bahwa yang memberikan kemampuan kepada dia adalah Allah. Makanya salah besar ketika seorang motivator memberikan motivasi begini, “kamu harus percaya kepada dirimu dan kemampuan kamu bahwa kamu bisa.” Kita katakan, kata-kata ini berbau syirik. Seharusnya kamu berkata, “tawakal kamu kepada Allah. Karena Allah yang memberikan kepada kamu kemampuan. Sehebat apapun kamu tanpa bantuan dan pertolongan dari Allah, kamu tidak akan bisa melakukan itu tanpa pertolongan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sejenius apapun kamu, sehebat apapun skill kamu, kalau Allah tidak diizinkan kamu tidak bisa.”

Begitu seharusnya motivator, menjadikan si hamba itu betul-betul bersandar kepada Dzat yang Maha Kuasa, yang telah memberikan kepada hamba kekuatan dan kemampuan.

Simak pada menit ke-19:39

Download Kajian Tentang Anjuran Untuk Selalu Bertawakal kepada Allah – Kitab Raudhatul Uqala wa Nuzhatul Fudhala


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/46738-anjuran-untuk-selalu-bertawakal-kepada-allah/